![]() |
Popular Forces menjadi kekuatan yang berafiliasi dengan Israel untuk melawan Hamas. (Foto/X/@PeaceComCenter) |
sukabumiNews.net, GAZA – Kelompok perlawanan Palestina Hamas telah menewaskan 50 anggota Popular Forces, milisi Palestina yang dipersenjatai Israel di Jalur Gaza. Pernyataan ini diutarakan setelah laporan media Israel menyebut bahwa pasukan Israel turun tangan untuk melindungi kelompok bersenjata tersebut di Rafah.
Dilansir The Guardian, Rabu 11 Juni 2025, bentrokan terjadi pada Selasa (10/6) dini hari antara Hamas dan milisi yang dipimpin Yasser Abu Shabab, figur yang dikenal terlibat kejahatan terorganisir di Rafah.
Milisi yang menamakan diri Anti-Terror Service atau Popular Forces ini mengaku mendapat persenjataan dari Israel untuk mengamankan distribusi bantuan dari perbatasan Kerem Shalom.
“Hamas telah membunuh lebih dari 50 sukarelawan kami, termasuk kerabat pemimpin kami, Yasser, saat kami menjaga konvoi bantuan dan mendistribusikan kembali pasokan yang seharusnya ditujukan untuk entitas korup yang terkait dengan Hamas,” ujar milisi Abu Shabab dalam pernyataan pers, dikutip dari The Guardian (10/6).
“Kami juga telah membersihkan sisa-sisa bahan peledak dari area tersebut – kehilangan anggota dalam prosesnya,” sambung pernyataan itu.
Pejabat pertahanan Israel pekan lalu mengakui telah memasok senjata kepada kelompok Abu Shabab sebagai upaya “melemahkan Hamas”.
Stasiun i24 melaporkan sebuah drone Angkatan Udara Israel menembak empat militan Hamas, disebut sebagai serangan pertama yang semata-mata bertujuan melindungi milisi Abu Shabab.
Media Ynet menulis bahwa milisi Abu Shabab juga menyergap unit “Panah” Hamas—satuan eksekutor kolaborator Israel—dan menewaskan enam anggotanya.
Hamas menanggapi dengan menyebut Abu Shabab sebagai pengkhianat.
“Seandainya bukan karena campur tangan angkatan udara Zionis untuk melindungi pengkhianat Yasser Abu Shabab … ia sudah berada dalam genggaman perlawanan hari ini,” dikutip The Guardian.
“Kami akan memburu para pengkhianat tidak peduli berapa lama itu membutuhkan waktu dan kami menegaskan bahwa perlindungan pendudukan atas dirinya tidak akan bertahan, dan kami akan mencapainya cepat atau lambat,” lanjut pernyataan tersebut.
Abu Shabab, yang dijuluki “agen Israel” di media sosial Gaza, sebelumnya dipenjara Hamas atas tuduhan perdagangan narkoba. Ia kabur dari penjara ketika perang pecah 7 Oktober 2023. Kini, lebih dari 100 orang bersenjata berada di bawah komandonya di Rafah timur.
Analisis pakar Israel yang dikutip The Guardian memperingatkan, keputusan Israel mempersenjatai milisi Abu Shabab dapat memicu perang saudara di Gaza.
Sejauh ini, militer Israel belum memberikan komentar atas klaim Hamas. Situasi di Rafah tetap tegang, dengan kekhawatiran eskalasi baru jika kedua pihak terus bertempur di tengah krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung. (hanoum/arrahmah.id)
COPYRIGHT © SUKABUMINEWS 2025