Situs Bantuan Gaza Ditutup, Israel Kengeluarkan Peringatan 'Zona Pertempuran'

Seorang anak laki-laki berjalan dengan selimut di punggungnya di sepanjang jalan yang digunakan oleh para pengungsi yang melarikan diri dari Khan Yunis ke arah barat menuju al-Mawasi di Jalur Gaza selatan pada tanggal 3 Juni 2025, setelah militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi pada hari sebelumnya. (FOTO: AFP)


sukabumiNews.net, JALUR GAZA (AFP) – Sebuah kelompok yang didukung AS dan Israel yang mengoperasikan lokasi bantuan di Jalur Gaza mengumumkan penutupan sementara fasilitas pada hari Rabu, 4 Juni 2025. 

Tentara zionis Israel memperingatkan bahwa jalan menuju pusat distribusi “dianggap sebagai zona pertempuran”. 

Pengumuman oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) itu menyusul serangkaian insiden mematikan di dekat lokasi distribusi yang dioperasikannya tersebut telah memicu kecaman dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. 

Pengeboman Israel pada hari Rabu menewaskan sedikitnya 16 orang di Jalur Gaza, termasuk 12 orang dalam satu serangan terhadap tenda yang menampung orang-orang terlantar, kata badan pertahanan sipil wilayah Palestina kepada AFP. 

Sebelumnya, yaitu pada hari Selasa, 27 orang tewas di Gaza Selatan ketika pasukan Israel melepaskan tembakan di dekat lokasi bantuan GHF, dan militer mengatakan insiden tersebut sedang diselidiki. 

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk kematian orang-orang yang mencari bantuan pangan sebagai "tidak dapat diterima". Kepala hak asasi manusia badan dunia itu juga mengutuk serangan terhadap warga sipil sebagai "kejahatan perang" menyusul insiden serupa di dekat lokasi yang sama pada hari Ahad lalu. 

Israel baru-baru ini melonggarkan blokade terhadap Gaza, tetapi PBB mengatakan seluruh penduduk wilayah itu masih berisiko kelaparan. 

Pemungutan Suara PBB 

GHF mengatakan "pusat distribusinya akan ditutup untuk renovasi, reorganisasi, dan peningkatan efisiensi" pada hari Rabu dan akan melanjutkan operasi pada hari Kamis. 

Militer Israel, yang mengonfirmasi penutupan sementara tersebut, memperingatkan agar tidak melakukan perjalanan “di jalan menuju pusat distribusi, yang dianggap sebagai zona pertempuran”. 

GHF, yang secara resmi merupakan upaya swasta dengan pendanaan yang tidak transparan, mulai beroperasi seminggu yang lalu tetapi PBB dan kelompok-kelompok bantuan besar menolak untuk bekerja sama dengannya karena kekhawatiran bahwa program itu dirancang untuk memenuhi tujuan militer Israel. 

Pihak berwenang Israel dan GHF, yang menggunakan jasa keamanan kontrak AS, telah membantah tuduhan bahwa tentara Israel menembaki warga sipil yang bergegas mengambil paket bantuan. 

Kekurangan pangan di Gaza telah memicu seruan internasional baru untuk diakhirinya perang, tetapi kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas masih sulit dicapai. 

Dewan Keamanan PBB akan memberikan suara pada hari Rabu mengenai resolusi yang menyerukan gencatan senjata dan akses kemanusiaan ke Gaza, sebuah tindakan yang diperkirakan akan diveto oleh pendukung utama Israel, Amerika Serikat. 

'Sebuah Perangkap' 

Di sebuah rumah sakit di Gaza selatan, keluarga Reem al-Akhras, yang tewas dalam penembakan hari Selasa di dekat fasilitas GHF, sangat berduka. 

“Dia pergi membawakan kami makanan, dan inilah yang terjadi padanya,” tutur putranya, Zain Zidan, wajahnya dipenuhi air mata. 

Suami Akhras, Mohamed Zidan, mengatakan “setiap hari orang-orang tak bersenjata” dibunuh. “Ini bukan bantuan kemanusiaan — ini jebakan.” 

Militer Israel menegaskan bahwa pasukannya tidak mencegah warga Gaza mengumpulkan bantuan. 

Juru bicara Angkatan Darat Effie Defrin mengatakan tentara Israel telah melepaskan tembakan ke arah tersangka yang “mendekati dengan cara yang membahayakan” pasukan, seraya menambahkan bahwa “insiden tersebut sedang diselidiki”. 

Kepala hak asasi manusia PBB Volker Turk menyebut serangan terhadap warga sipil “tidak dapat dibenarkan” dan mengatakan bahwa serangan tersebut “merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan kejahatan perang”. 

Sementara itu, Komite Palang Merah Internasional mengatakan, “Warga Gaza menghadapi “skala dan frekuensi insiden korban massal yang belum pernah terjadi sebelumnya”. 

Perahu Aktivis 

Pemandangan kelaparan di Gaza juga telah memicu solidaritas baru dengan warga Palestina, dan sebuah kapal yang diorganisasi oleh koalisi aktivis internasional berlayar menuju Gaza, dengan tujuan untuk mengirimkan bantuan. 

Kapal dari Freedom Flotilla Coalition berangkat dari Sisilia pada hari Minggu dengan membawa belasan orang, termasuk aktivis lingkungan Greta Thunberg, bersama dengan jus buah, susu, makanan kaleng, dan protein bar. 

“Bersama-sama, kita dapat membuka koridor laut rakyat menuju Gaza,” kata koalisi tersebut. 

Namun militer Israel mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka siap untuk “melindungi” ruang maritim negara tersebut. 

Saat ditanya soal kapal Freedom Flotilla, juru bicara TNI Defrin mengatakan, “untuk kasus ini juga, kami siap”, namun enggan menjelaskan lebih rinci. 

Israel telah meningkatkan serangannya di Gaza dalam apa yang dikatakannya sebagai upaya baru untuk mengalahkan kelompok Palestina Hamas. 

Kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan sedikitnya 4.240 orang telah tewas sejak Israel melanjutkan ofensifnya pada 18 Maret, sehingga jumlah korban perang secara keseluruhan menjadi 54.510, sebagian besar warga sipil.

Pewarta: Amalikasyari
Editor: Red*
COPYRIGHT © SUKABUMINEWS 2025

Anda boleh beropini dengan mengomantari Artikel di atas

Previous Post Next Post
Ikuti dan dapatkan juga update berita pilihan dari sukabumiNews setiap hari di Channel WahatsApp, Telegram dan GoogleNews.

نموذج الاتصال